Senin, 05 Oktober 2015

Dongeng (2): Cara Mendongeng Untuk Anak

Oleh Yulita R. Silalahi, M.Psi., Psikolog
Pusat Tumbuh Kembang ABDI
                                                                             

Dari sejumlah manfaat dongeng yang telah dipaparkan pada artikel sebelumnya maka ada baiknya kita juga mengetahui cara mendongeng yang baik.


1. Pilih cerita yang baik dan menarik
Tema cerita yang baik akan berguna bagi pengembangan karakter anak kelak. Isi cerita juga menjadi faktor penting yang menentukan menarik atau tidaknya suatu dongeng. Pilihlah cerita yang bertemakan nilai-nilai moral yang dapat mengundang inspirasi dan imajinasi anak.


2. Kuasai materi cerita
Baca lebih dulu dan kuasai materi cerita sebelum disampaikan kepada anak. Buat cerita menjadi ringkas dengan cara menjelaskan gambar dengan kata-kata sendiri, terutama untuk anak usia batita.

3. Gunakan Kata-kata Yang Mudah Dipahami Anak
Gunakan kalimat yang sederhana dan kata-kata yang dapat dimengerti oleh anak. Sampaikan dongeng dengan suara yang jelas.
4. Gunakan Karakter Suara Yang Sesuai
Karakter suara pada setiap tokoh harus berbeda-beda dan sesuai dengan karakter tokoh masing-masing agar lebih menarik dan mudah dimengerti oleh anak. Karakter suara juga disesuaikan dengan emosi yang ingin ditampilkan dalam cerita, misalnya ketika sedih volume suara menjadi kecil.

5. Lakukan kontak mata dan ekspresi wajah
Lakukan kontak mata saat bercerita, jangan hanya fokus pada buku bacaan saja. Gunakan ekspresi wajah yang sesuai untuk menunjukkan ekspresi emosi yang ditampilkan pada cerita. 

6. Alat pendukung
Dongeng juga bisa di bawakan dengan alat peraga misalnya dengan boneka atau gambar-gambar yang menarik sehingga anak-anak bisa menikmatinya.

Setelah selesai mendongeng, ada baiknya diskusikan dengan anak isi cerita yang baru saja diceritakan untuk menginternalisasi nilai - nilai yang ada dalam cerita kepada anak.

Selamat mendongeng!

Senin, 17 Agustus 2015

Dongeng (1): Manfaat Membacakan Dongeng Untuk Anak

Oleh Yulita R. Silalahi, M.Psi., Psikolog
Pusat Tumbuh Kembang ABDI


Seberapa sering anda membacakan dongeng untuk anak?

Ketika gadget, video game, dan televisi belum banyak dimiliki orang, hiburan anak-anak kala itu – selain bermain, tentunya - adalah mendengarkan cerita (dongeng). Dalam suasana hangat, anak-anak dengan penuh minat dan rasa ingin tahu mendengarkan berbagai cerita yang dibawakan oleh orangtua mereka.

Kegiatan mendongeng sebetulnya bisa memikat dan mendatangkan banyak manfaat, bukan hanya untuk anak-anak, tetapi juga orangtua yang mendongeng untuk anaknya. Kegiatan ini dapat mempererat ikatan dan komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak.


Para pakar menyatakan ada beberapa manfaat lain yang dapat digali dari kegiatan mendongeng ini, yaitu:
  • Mengasah daya pikir dan imajinasi anak.
Anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya. Anak dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng tersebut. Lama-kelamaan anak dapat melatih kreativitas dengan cara ini.

  • Media efektif untuk menanamkan berbagai nilai.
Cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, maupun tentang berbagai kebiasaan sehari-hari seperti pentingnya makan sayur dan menggosok gigi. Anak juga diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai tersebut karena dalam dongeng tidak ada sikap memerintah atau menggurui, sebaliknya para tokoh cerita dalam dongeng tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi anak.

  • Menumbuhkan minat baca anak.
Dongeng dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak. Setelah tertarik pada berbagai dongeng, anak diharapkan mulai menumbuhkan ketertarikannya pada buku. Diawali dengan buku-buku dongeng yang kerap didengarnya, kemudian meluas pada buku-buku lain seperti buku pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya.

  • Media untuk anak belajar berbicara
Membacakan dongeng atau cerita bagi anak yang belum dapat berbicara juga dapat menjadi media pembelajaran bagi si anak untuk berbicara. Dengan menceritakan dongeng maka akan merangsang kemampuan berkomunikasi verbal anak.

Bagaimana cara mendongeng yang baik untuk anak-anak? Tunggu kelanjutan artikel ini pada edisi artikel tumbuh kembang berikutnya………

Jumat, 24 Juli 2015

Mempersiapkan Anak Memulai Hari Pertama Sekolah


Masa liburan sekolah sebentar lagi akan berakhir dan tiba waktunya bagi anak - anak untuk kembali ke sekolah. Bagi anak - anak yang baru memulai hari pertamanya di sekolah khususnya pada tingkat Kelompok Bermain / TK, maka ini adalah pengalaman baru bagi mereka berpisah dari keluarganya dan memasuki lingkungan baru yang akan menjadi rutinitas mereka sehari - hari.

Setiap anak menjalani proses perpisahan yang berbeda dengan orangtuanya pada hari pertama masuk sekolah (kelompok bermain / TK). Beberapa anak akan memegang kuat ibunya dengan rasa takut, beberapa ada yang menangis, sementara yang lain akan berjalan ke dalam kelas tanpa masalah yang berarti, bahkan tanpa meilirik ke arah ibu.  Hari pertama memasuki Kelompok bermain/TK adalah langkah besar bagi anak-anak dan kecemasan yang mungkin mereka alami adalah bagian normal dari proses perkembangan. Namun demikian, ada cara-cara yang dapat membantu perpisahan  ini lebih mudah untuk anak-anak.

Bantu Anak Mengenal Lingkungan Baru Datanglah lebih awal ke sekolah dan luangkan waktu di kelas anak pada hari pertama. Perkenalkan anak dengan gurunya dan murid-murid lainnya, tunjukkan kamar mandi dan area sekolah lainnya.

Tanggapi Kecemasan Anak Jika anak anda menjadi sangat cemas, jangan memarahi atau mengejeknya. Anda sebaiknya tetap bersikap tenang dan menegaskan kembali bahwa anda akan kembali untuk menjemputnya pada akhir jam sekolah. Ingatkan anak bahwa ia akan belajar hal-hal baru yang menarik dan bermain dengan teman-teman baru.

Ucapkan Selamat Tinggal Ucapkan selamat tinggal dengan ekspresi ceria dan secara singkat. Jangan keluar dari ruangan secara menyelinap dan jangan datang kembali setelah mengucapkan selamat tinggal. Sebelum berpisah, ingatkan sekali lagi bahwa anda akan datang menjemputnya dan pastikan anda tidak datang terlambat ketika menjemputnya.

Semoga tips di atas dapat membantu para orangtua untuk mempersiapkan anak – anak menjalani hari – hari pertamanya di sekolah.

Artikel ini dibuat oleh Yulita R. Silalahi, M.Psi., Psikolog
Psikolog Tumbuh Kembang ABDI

Rabu, 15 April 2015

Mengapa Anakku Selalu Mendapat Nilai Buruk di Sekolah?



Dyslexia merupakan gangguan yang umum terjadi pada anak-anak usia sekolah dengan prevalensi 5-10% diantara anak-anak usia sekolah. Artinya, 5-10% anak-anak usia sekolah mengalami masalah terkait dengan membaca, menulis, mengeja, atau soal-soal hitungan. Pada orang dewasa prevalensinya lebih sedikit dan diperkirakan sekitar 4% (DSM V,  2013)

Seorang ibu datang mengeluhkan anaknya yang duduk di bangku kelas 5 SD selalu mendapatkan peringkat terbawah di sekolah, khususnya dalam pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika. Sebenarnya hal ini telah terjadi semenjak kelas 1 SD, namun hal ini tidak begitu menjadi masalah sebab orangtua menganggap anaknya masih dalam proses belajar. Seiring berjalannya waktu ternyata masalah kesulitan membaca dan menulis si anak tidak terselesaikan dengan baik. Berbagai metode pembelajaran telah digunakan, pembelajaran ekstra sepulang sekolah pun telah diikuti, namun anak masih saja mengalami kesulitan dalam membaca, tidak mampu membedakan huruf ‘p’ dan ‘b’, selalu salah dalam membaca kata ‘makan’ dan ‘malam’, atau terkadang kata ‘makan’ hanya dibaca ‘maan’.
Ilustrasi di atas memberikan gambaran salah satu masalah belajar yang kerap terjadi pada anak-anak di sekolah, khususnya mereka yang duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Kesulitan belajar tersebut terbagi menjadi beberapa macam, dua diantaranya adalah Dyslexia dan Dyscalculia. Bagi anak yang mengalami kesulitan khusus terkait masalah membaca, pengejaan, atau menulis hal ini dikenal sebagai Dyslexia, sedangkan bagi mereka yang mengalami kesulitan dengan pelajaran matematika seperti penjumlahan atau pengurangan, menghitung mundur, dan beberapa masalah terkait dengan soal hitungan dikenal sebagai Dyscalculia.
Dyslexia merupakan gangguan yang umum terjadi pada anak-anak usia sekolah dengan prevalensi 5-10% diantara anak-anak usia sekolah. Artinya, 5-10% anak-anak usia sekolah mengalami masalah terkait dengan membaca, menulis, mengeja, atau soal-soal hitungan. Pada orang dewasa prevalensinya lebih sedikit dan diperkirakan sekitar 4% (DSM V,  2013). Onset atau usia kemunculan ganggun ini umumnya terjadi pada usia sekolah dasar, namun tanda-tandanya sudah dapat diidentifikasi sejak anak masuk tahap pra sekolah misalnya saat di taman kanak-kanak atau kelompok bermain. Beberapa tanda  tersebut misalnya, adanya keterlambatan anak dalam bersajak atau menghitung, juga kemampuan motorik halus pada saat menulis atau memegang pensil. Manifestasinya dapat muncul dalam bentuk perilaku misalnya keengganan dalam belajar, perilaku menentang saat anak diminta belajar atau selalu malas ketika diminta membaca. Gangguan belajar ini biasanya dapat berlangsung lama atau saat anak telah menginjak usia dewasa, bahkan sepanjang hidup, akan tetapi tingkat keparahannya tergantung dari bagaimana faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap proses belajar anak, dan sistem dukungan atau terapi yang bisa didapatkan oleh anak dalam masa ini.
Beberapa contoh simtom yang mungkin dapat diamati selama masa pra sekolah adalah kurangnya ketertarikan anak terhadap permainan yang terkait dengan bahasa, misalnya mengulang suara atau kata-kata tertentu, serta bersenandung sajak anak-anak. Anak pada usia pra sekolah yang mengalami gangguan belajar biasanya menggunakan suara bayi untuk berkomunikasi, memiliki masalah dalam pengucapan kata-kata tertentu, atau memiliki masalah dalam mengingat huruf, nomor, atau hari-hari dalam satu minggu. Mereka mungkin memiliki masalah untuk mengingat huruf-huruf apa saja yang tersusun untuk membentuk nama mereka atau bermasalah dalam menghitung. 
Anak usia TK dengan gangguan belajar, biasanya tidak mampu untuk mengenali dan menulis huruf, tidak mampu menulis nama mereka sendiri, atau menggunakan metode yang mereka temukan sendiri untuk mengeja kata. Mereka mungkin memiliki masalah untuk memenggal kata menjadi suku kata (misalnya : ‘ma’ – ‘kan’ – ‘an’ untuk kata ‘makanan’) atau mengalami kesulitan untuk membedakan beberapa kata yang memiliki sajak sama (malam, makan, masam). Anak usia TK mungkin juga mengalami kesulitan untuk mensinkronkan antara huruf yang ia baca dengan suara mereka, atau mengingat urutan serangkaian kata (misalnya : anjing, orang, mobil).
Gangguan belajar yang terjadi pada usia Sekolah Dasar (SD) biasanya ditandai dengan kesulitan belajar pelafalan atau pengucapan huruf, kelancaran dalam mengenali bentuk huruf, pengejaan, atau hitungan matematika, kemampuan membaca yang lambat, kurang tepat dalam membaca dan membutuhkan usaha yang sangat keras untuk membaca, serta berjuang keras untuk memahami angka-angka yang diucapkan atau mengerjakan soal cerita. Anak-anak yang duduk di kelas 1-3 mungkin akan terus mendapatkan masalah untuk mengenali dan memanipulasi fonem, kesulitan untuk membaca suku kata yang umum diucapkan. Selain itu, mereka mungkin juga mengalami kesalahan dalam membaca karena gagal dalam mengucapkan beberapa huruf dengan tepat. Bahkan anak-anak yang duduk di kelas 1-3 juga mungkin mengalami kesulitan dalam mengingat angka-angka atau prosedur aritmatika seperti penjumlahan, pengurangan, dan mengeluhkan bahwa matematika dan membaca adalah pelajaran yang sangat sulit serta cenderung menghindarinya.
Anak-anak dengan gangguan belajar pada tingkat menengah (kelas 4-6 SD) mungkin mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata atau melewatkan kata-kata yang panjang atau kata-kata dengan suku kata yang panjang (‘melekan’ untuk kata ‘melewatkan’) dan mengalami kebingungan untuk kata-kata yang memiliki bunyi yang hampir sama (misalnya : tas dan vas, macan dan makan). Mereka mungkin memiliki masalah untuk mengingat tanggal, nama, nomer telephone, atau mungkin sering kali terlambat dalam mengerjakan tugas-tugas di sekolah. Anak-anak pada tingkat ini juga memiliki kelemahan dalam memahami kalimat secara utuh, berusaha sangat keras, namun kurang tepat dalam membaca. Mereka sangat lemah dalam mengeja kata dan menulis. Mereka mungkin menemukan huruf pertama dari sebuah kata, lalu dengan acak menebak kata apa yang ia baca (misalnya ‘mumu’ dibaca ‘mulut’, ‘botak’ dibaca ‘botol’), mereka juga mengalami ketakutan untuk membaca dengan suara keras atau mungkin menghindari jika diminta membaca dengan suara keras.
Memperhatikan dengan seksama proses belajar anak akan membuat orangtua memahami setiap kesulitan belajar yang dihadapi anak, sehingga kesulitan belajar anak dapat segera diatasi sejak dini untuk dapat mengembangkan potensi yang ada pada diri mereka. Pusat Tumbuh Kembang ABDI dengan senang hati akan siap membantu masalah orangtua dan anak, khususnya terkait dengan kesulitan konsentrasi, gangguan belajar dan optimalisasi potensi akademik anak.


Referensi : American Psychiatric Association. 2013. DSM V (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fifth Edition). Washington DC : American Psychiatric Publishing.  

Jumat, 13 Maret 2015

Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

Di beberapa Negara berkembang anak-anak yang mengalami gangguan perkembangan khususnya yang berada pada taraf ringan hingga sedang, tidak teridentifikasi dengan baik dan baru ditemukan saat mereka telah memasuki usia sekolah (Wirz S et al. on WHO, 2012).


Setiap anak lahir dengan jutaan potensi yang butuh dikembangkan dan difasiltasi agar dapat berfungsi optimal. Anak lahir bagiakan kertas putih bersih, lalu menerima segala macam stimulasi dari lingkungannya untuk menjadi sebuah naskah tulisan yang menarik atau gambar yang indah. Semua hal ini mereka dapatkan dari lingkungan melalui panca indra mereka [mata (penglihatan), telinga (pendengaran), hidung (penciuman), kulit (peraba),  lidah (pengecap)] dan berbagai macam perilaku yang mereka imitasi dari orangtuanya. Jika  semua panca indra ini berfungsi dengan baik dan anak mendapatkan stimulasi yang cukup baik, maka fungsi otak akan berkembang secara optimal sehingga anak dapat memproduksi banyak kosa kata, berbicara, meniru perilaku tertentu dari lingkungannya, yang kesemuanya ini merupakan komponen penting saat mereka mulai masuk sekolah untuk belajar. Lebih jauh lagi, anak akan memiliki masa depan yang cerah, mendapatkan pendidikan tinggi, pekerjaan yang bagus  sesuai dengan minat dan keahlian mereka. 
Sayangnya, tidak semua anak memiliki tahap perkembangan yang normal, diantara mereka ada yang membutuhkan penanganan yang lebih khusus.  Mereka mengalami kesulitan untuk menerima stimulasi dari lingkungannya karena beberapa masalah, misalnya kemampuan otak yang tidak berfungsi secara optimal untuk menerima informasi yang ditangkap oleh panca indera, atau kurangnya perhatian orangtua untuk memfasilitasi perkembangan anak pada setiap tahap perkembangan mereka .
Kurangnya perhatian dalam setiap tahap perkembangan anak dan juga kurang cermatnya orangtua dalam mengidentifikasi potensi anak dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental anak. Anak umur 3 tahun tidak dapat berbicara dengan baik sebagaimana mestinya, memiliki masalah dengan tugas kognitif yang sangat sederhana, tidak memiliki hubungan baik dengan teman sebaya, atau selalu mendapatkan nilai buruk di sekolah karena anak memiliki masalah dalam belajar seperti bagaimana membaca, menulis, matematika dasar, atau tidak mampu mengikuti dengan baik saat guru menerangkan  pelajaran di kelas. Lalu orangtua datang ke psikolog atau pusat tumbuh kembang untuk mendapatkan saran atas permasalahan anak mereka.
Beberapa kondisi medis terkait dengan disabilitas biasanya terdeteksi selama masa kehamilan yang  mungkin ditemukan selama proses pemeriksaan kehamilan, sedangkan beberapa gangguan terkait perkembangan anak baru ditemukan setelah anak lahir. Skrining atau pengamatan terhadap proses tumbuh kembang anak biasanya dilakukan oleh dokter anak atau ahli perkembangan anak setelah proses kelahiran bayi. Hal ini biasanya telah menjadi standar operasional di beberapa pusat tumbuh kembang anak atau rumah sakit ibu dan anak, misalnya skrining untuk visual atau gangguan pendengaran. Di beberapa pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) biasanya hal ini juga menjadi bagian dari kampanye terkait dengan kesehatan anak,  seperti pentingnya imunisasi atau deteksi dini tumbuh kembang anak. Hal ini akan menjadikan orangtua  lebih memperhatikan perkembangan anaknya jika memang ditemukan adanya keterlambatan, misalnya tengkurap, duduk, berjalan, atau bicara.
Sayangnya di beberapa Negara berkembang anak-anak yang mengalami gangguan perkembangan khususnya yang berada pada taraf ringan hingga sedang, tidak teridentifikasi dengan baik dan baru ditemukan saat mereka telah memasuki usia sekolah (Wirz S et al. on WHO, 2012). Sebuah mekanisme terkait dengan deteksi dini tumbuh kembang anak sangatlah diperlukan sebagai bagian dari program pencegahan gangguan perkembangan, dan tersedianya layanan untuk deteksi dini tumbuh kembang anak. Hal ini akan dapat mengurangi resiko dari ketidakpercayaan diri orangtua dalam hal pengasuhan anak (Cunningham RD et al, on WHO, 2012).
Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak merupakan tahapan yang sangat penting untuk membuat orangtua menyadari bagian mana dari perkembangan anak yang telah terlewatkan. Orangtua seharusnya memberikan perhatian penuh pada setiap tahap perkembangan anaknya. Jika salah satu tahap perkembangan dicurigai mengalami keterlambatan, segeralah berkonsultasi dengan ahli perkembangan anak seperti psikolog anak atau dokter anak untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut atau penanganan dini jika diperlukan.
Sebagai bagian dari kepedulian kami terhadap tumbuh kembang anak, maka PT. ABDI menyediakan layanan Pusat Tumbuh Kembang yang memiliki beberapa ahli dalam perkembangan anak. Kami memiliki para professional yang akan memeriksa anak-anak dengan masalah perkembangan, seperti Psikolog Kinis, Psikolog Perkembangan, Terapis Habilitasi, Ahli Pendengaran (Audiologist), dan Terapis Perilaku, yang telah berpengalaman di bidang keahliannya masing-masing. Kami menyediakan pelayanan yang akan membuat orangtua memahami masalah perkembangan anak dan gangguan belajar, bagian mana dari tahap perkembangan anak yang mengalami keterlambatan, lalu kami akan menawarkan program penanganan dengan menggunakan metode Warnke. Metode Warnke merupakan sebuah teknik terapi dari Jerman yang dikhususkan bagi anak dengan gangguan belajar dan masalah perkembangan. Kami juga tidak hanya menyediakan program pencegahan dengan menggunakan psikoedukasi akan tetapi juga kelas bagi orangtua berdasarkan kebutuhan mereka, sehingga dapat lebih memahami setiap tahap perkembangan anak. Dengan mengetahui tahap perkembangan anak lebih dini  maka akan memudahkan orangtua untuk mengembangkan potensi anak dan meminimalisir adanya masalah perkembangan anak.

Referensi :
Cunningham RD et al. Delay in referral to early-intervention services. Pediatrics, 2004, 114:896.
Wirz S et al. Field testing of the ACCESS materials: a portfolio of materials to assist health workers to identify children with disabilities and offer simple advice to mothers. International Journal of Rehabilitation Research, 2005, 28:293-302.
WHO. Early Childhood Development & Disability : A discussion paper. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data, 2012.