Di beberapa Negara berkembang anak-anak yang mengalami gangguan perkembangan khususnya yang berada pada taraf ringan hingga sedang, tidak teridentifikasi dengan baik dan baru ditemukan saat mereka telah memasuki usia sekolah (Wirz S et al. on WHO, 2012).
Setiap anak lahir dengan jutaan potensi yang butuh dikembangkan dan difasiltasi agar dapat berfungsi optimal. Anak lahir bagiakan kertas putih bersih, lalu menerima segala macam stimulasi dari lingkungannya untuk menjadi sebuah naskah tulisan yang menarik atau gambar yang indah. Semua hal ini mereka dapatkan dari lingkungan melalui panca indra mereka [mata (penglihatan), telinga (pendengaran), hidung (penciuman), kulit (peraba), lidah (pengecap)] dan berbagai macam perilaku yang mereka imitasi dari orangtuanya. Jika semua panca indra ini berfungsi dengan baik dan anak mendapatkan stimulasi yang cukup baik, maka fungsi otak akan berkembang secara optimal sehingga anak dapat memproduksi banyak kosa kata, berbicara, meniru perilaku tertentu dari lingkungannya, yang kesemuanya ini merupakan komponen penting saat mereka mulai masuk sekolah untuk belajar. Lebih jauh lagi, anak akan memiliki masa depan yang cerah, mendapatkan pendidikan tinggi, pekerjaan yang bagus sesuai dengan minat dan keahlian mereka.
Sayangnya, tidak
semua anak memiliki tahap perkembangan yang normal, diantara mereka ada yang
membutuhkan penanganan yang lebih khusus.
Mereka mengalami kesulitan untuk menerima stimulasi dari lingkungannya
karena beberapa masalah, misalnya kemampuan otak yang tidak berfungsi secara
optimal untuk menerima informasi yang ditangkap oleh panca indera, atau
kurangnya perhatian orangtua untuk memfasilitasi perkembangan anak pada setiap
tahap perkembangan mereka .
Kurangnya perhatian
dalam setiap tahap perkembangan anak dan juga kurang cermatnya orangtua dalam
mengidentifikasi potensi anak dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental
anak. Anak umur 3 tahun tidak dapat berbicara dengan baik sebagaimana mestinya,
memiliki masalah dengan tugas kognitif yang sangat sederhana, tidak memiliki
hubungan baik dengan teman sebaya, atau selalu mendapatkan nilai buruk di
sekolah karena anak memiliki masalah dalam belajar seperti bagaimana membaca,
menulis, matematika dasar, atau tidak mampu mengikuti dengan baik saat guru
menerangkan pelajaran di kelas. Lalu
orangtua datang ke psikolog atau pusat tumbuh kembang untuk mendapatkan saran
atas permasalahan anak mereka.
Beberapa kondisi
medis terkait dengan disabilitas biasanya terdeteksi selama masa kehamilan
yang mungkin ditemukan selama proses
pemeriksaan kehamilan, sedangkan beberapa gangguan terkait perkembangan anak
baru ditemukan setelah anak lahir. Skrining atau pengamatan terhadap proses
tumbuh kembang anak biasanya dilakukan oleh dokter anak atau ahli perkembangan
anak setelah proses kelahiran bayi. Hal ini biasanya telah menjadi standar
operasional di beberapa pusat tumbuh kembang anak atau rumah sakit ibu dan
anak, misalnya skrining untuk visual atau gangguan pendengaran. Di beberapa
pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) biasanya hal ini juga menjadi bagian
dari kampanye terkait dengan kesehatan anak,
seperti pentingnya imunisasi atau deteksi dini tumbuh kembang anak. Hal
ini akan menjadikan orangtua lebih
memperhatikan perkembangan anaknya jika memang ditemukan adanya keterlambatan,
misalnya tengkurap, duduk, berjalan, atau bicara.
Sayangnya di
beberapa Negara berkembang anak-anak yang mengalami gangguan perkembangan
khususnya yang berada pada taraf ringan hingga sedang, tidak teridentifikasi
dengan baik dan baru ditemukan saat mereka telah memasuki usia sekolah (Wirz S
et al. on WHO, 2012). Sebuah mekanisme terkait dengan deteksi dini tumbuh
kembang anak sangatlah diperlukan sebagai bagian dari program pencegahan
gangguan perkembangan, dan tersedianya layanan untuk deteksi dini tumbuh
kembang anak. Hal ini akan dapat mengurangi resiko dari ketidakpercayaan diri
orangtua dalam hal pengasuhan anak (Cunningham RD et al, on WHO, 2012).
Deteksi Dini
Tumbuh Kembang Anak merupakan tahapan yang sangat penting untuk membuat
orangtua menyadari bagian mana dari perkembangan anak yang telah terlewatkan.
Orangtua seharusnya memberikan perhatian penuh pada setiap tahap perkembangan
anaknya. Jika salah satu tahap perkembangan dicurigai mengalami keterlambatan,
segeralah berkonsultasi dengan ahli perkembangan anak seperti psikolog anak
atau dokter anak untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut atau penanganan
dini jika diperlukan.
Sebagai bagian
dari kepedulian kami terhadap tumbuh kembang anak, maka PT. ABDI menyediakan
layanan Pusat Tumbuh Kembang yang memiliki beberapa ahli dalam perkembangan
anak. Kami memiliki para professional yang akan memeriksa anak-anak dengan
masalah perkembangan, seperti Psikolog Kinis, Psikolog Perkembangan, Terapis
Habilitasi, Ahli Pendengaran (Audiologist), dan Terapis Perilaku, yang telah
berpengalaman di bidang keahliannya masing-masing. Kami menyediakan pelayanan
yang akan membuat orangtua memahami masalah perkembangan anak dan gangguan
belajar, bagian mana dari tahap perkembangan anak yang mengalami keterlambatan,
lalu kami akan menawarkan program penanganan dengan menggunakan metode Warnke.
Metode Warnke merupakan sebuah teknik terapi dari Jerman yang dikhususkan bagi
anak dengan gangguan belajar dan masalah perkembangan. Kami juga tidak hanya
menyediakan program pencegahan dengan menggunakan psikoedukasi akan tetapi juga
kelas bagi orangtua berdasarkan kebutuhan mereka, sehingga dapat lebih memahami
setiap tahap perkembangan anak. Dengan mengetahui tahap perkembangan anak lebih
dini maka akan memudahkan orangtua untuk
mengembangkan potensi anak dan meminimalisir adanya masalah perkembangan anak.
Referensi :
Cunningham RD et al. Delay in referral to early-intervention
services. Pediatrics, 2004, 114:896.
Wirz S et al. Field testing of the ACCESS materials: a
portfolio of materials to assist health workers to identify children with
disabilities and offer simple advice to mothers. International Journal
of Rehabilitation Research, 2005, 28:293-302.
WHO. Early Childhood Development & Disability : A discussion paper.
WHO Library Cataloguing-in-Publication Data, 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar